Terkisah ada seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di
sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu
seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.
”Om beli bunga Om.”
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya
si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk?
Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”
Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke
orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan
istirahat siangnya,si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat
berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga
yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga
ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.”
Bercampur antara
jengkel dan kasihan sipemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya.
“Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini
sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada
si gadis kecil.
Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan,
melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di
sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung.
”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”
Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran
yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah
kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari
hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan.
Pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.
Pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.
Tidak jarang kita
menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja
akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil
apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan
sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri.
Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan
Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan
Khalil Gibran dalam sebuah puisi tentang Kerja menyebutkan makna kerja sangat mendalam.
Jikalau kau bekerja dengan rasa cinta, engkau menyatukan dirimu dengan dirimu
Kausatukan dirimu dengan orang lain, dan sebaliknya, serta kaudekatkan dirimu kepada Tuhan.
Kausatukan dirimu dengan orang lain, dan sebaliknya, serta kaudekatkan dirimu kepada Tuhan.
Dan apakah yang dinamakan bekerja dengan rasa cinta?
Laksana menenun kain dengan benang yag ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmulah yang akan mengenakan kain itu.
Laksana menenun kain dengan benang yag ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmulah yang akan mengenakan kain itu.
Bagai membangun rumah dengan penuh kesayangan, seolah-olah kekasihmulah yang akan mendiaminya di masa depan.
Seperti menyebar benih dengan kemesraan, dan memungut panen dengan
kegirangan, seolah-olah kekasihmulah yang akan makan buahnya kemudian.
Sahabatku
Kerja itu indah, kerja itu amal ibadah maka itu niatkan lah. Semua amal itu tergantung dari niat.
Ada yg keliru menyikapi bahwa Kerjan itu untuk mendapatkan penghasilan ataupun mengkais kais Rejeki.
Kerja itu indah, kerja itu amal ibadah maka itu niatkan lah. Semua amal itu tergantung dari niat.
Ada yg keliru menyikapi bahwa Kerjan itu untuk mendapatkan penghasilan ataupun mengkais kais Rejeki.
Bekerja itu supaya manusia bermartabat, supaya manusia berproses
menjadi kharakter yg lebih baik. Menjadi manusia yg Bertawakal
Manusia bekerja untuk bisa menjadi diri yg bersikap suri tauladan bagi orang lain. Itulah hakekat Bekerja.
Manusia bekerja untuk bisa menjadi diri yg bersikap suri tauladan bagi orang lain. Itulah hakekat Bekerja.
Dengan menjadi diri yg mempunyai kharakter baik dan bisa menjadi
suritauladan maka Allah SWT akan menjamin Rejeki yg cukup dan datangnya
tak disangka sangka.
".... Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya Rezeki
dari arah yg tiada disangka-sangkanya.
Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap2 sesuatu.” (QS Ath-Thalaq [65] : 2-3)
Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap2 sesuatu.” (QS Ath-Thalaq [65] : 2-3)
Wassalam Pakde Gun
0 komentar :
Posting Komentar